Minggu, 24 Oktober 2010

TANAH YANG BERMANFAAT

Blogg ini membahas tentang pengertian tanah dan manfaat dari tanah. yang terdapat di INDONESIA.pe mbuat blogg ini adalah Anis salamah,Lela fadilah ,Nurul bayti sofa.
Tanah adalah Tempat di mana manusia berdiri dan hidup.

Tanah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini membahas tanah sebagai benda bentukan alam. Untuk tanah sebagai objek hukum, lihat artikel lahan.

Profil tanah, memperlihatkan beberapa horizon tanah.
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah.
Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.
Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah.

TANAH YANG SUBUR







Tanah adalah sumber daya yang perlu dijaga kesuburannya agar tetap dapat menghasilkan hasil yang 
 maksimal tanpa merusak tanah. Pemakaian tanah untuk pertanian dan perkebunan secara terus-menerus dan membabi-buta dapat membuat tanah menjadi tidak subur atau tandus. Beberapa penyebab ketidaksuburan tanah ialah seperti pemcemaran tanah oleh limbah buangan, pestisida, tanaman monoton, dll.

Cara Pengawetan tanah yang dapat ditempuh yakni :

1. Memberi pupuk / pemupukan sesuai dengan jenis tanah baik pupuk kandang maupun pupuk buatan.
2. Membuat saluran irigasi untuk pengairan sawah yang jauh dari mata air.
3. Membuat sengkedan untuk mencegah erosi tanah.
4. Menjaga tanah dari penggunaan zat / bahan-bahan kimua yang merugikan.
5. Menanami lahan yang gundul untuk membantu terjadinya erosi.
6. Melakukan rotasi tanaman alias gonta-ganti jenis tanaman yang ditanam pada suatu bidang tanah.
7. Melaksanakan penghijauan dengan cara memberi humus pada tanah.
8. Memelihara cacing tanah dalam tanah untuk membantu menggemburkan tanah.
9. Tidak membuang sampah sembarangan di tanah

Potensi bahaya tambang batu bara bawah tanah

Peristiwa ledakan gas metana di tambang rakyat di Sijunjung, Sumatera Barat pada tanggal 16 Juni lalu yang menelan korban tewas sebanyak 33 orang, boleh jadi merupakan catatan terburuk kecelakaan tambang batubara di Indonesia. Kejadian ini menurut penulis adalah puncak dari keteledoran pihak – pihak berwenang sehubungan dengan tidak tuntasnya penanganan masalah keselamatan tambang batubara bawah tanah yang pernah terjadi beberapa waktu sebelumnya, diantaranya adalah kebakaran di tambang dalam PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Unit Pertambangan Ombilin di Sawahlunto pada pertengahan Januari 2006, serta ledakan gas yang mengguncang kota Sawahlunto hingga radius 20 km pada tahun 2002.
Beberapa kejadian di atas serta berita – berita tentang kecelakaan tambang batubara bawah tanah di Cina, mungkin akan memunculkan persepsi yang kurang baik di masyarakat tentang tambang dalam (underground). Padahal, tambang dalam merupakan alternatif metode penambangan yang diharapkan apabila cadangan yang dapat ditambang secara ekonomis melalui penambangan terbuka (open cut) semakin menipis. Melalui pelajaran dari beberapa bencana yang telah terjadi, tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik tambang dalam, sehingga masyarakat mendapatkan gambaran mendasar tentang operasional tambang dalam yang benar.

BAHAYA DARI TANAH

Tips Kesehatan – Bahaya Minum Air Tanah Dangkal

 

 

 

Jakarta, Punya sumur air sendiri? Berapa kedalamannya? Jika kedalamannya kurang dari 15 meter waspadalah dalam mengonsumsinya. Karena minum air dangkal secara terus menerus berisiko terjadi pengendapan nitrat yang sangat berbahaya bagi tubuh dalam 20 hingga 30 tahun kemudian.
Nitrat adalah senyawa yang banyak dihasilkan dari limbah, baik limbah kotoran manusia, limbah industri atau limbah organik lainnya seperti hasil samping dari penggunaan pupuk pertanian. Senyawa nitrat dapat menahan perembesan air kedalam tanah dan banyak mencemari sumber air dangkal.

tragedi tanah runtuh di ulu yama


Ulu Yam adalah kawasan bersebelahan kawasan tempat tinggal saya. Terus terkenang tragedi runtuhan Highland Towers pada 11 Disember 1993 yang mengorbankan 48 mangsa.
Kejadian yang berlaku pada 5.30 pagi itu mengorbankan Noratirah Roslan, 16, dan adiknya Nurul Intan Sarina, 9, yang tidur dalam bilik mereka, manakala ibu bapa serta tiga adik beradik yang lain tidur di ruang tamu dapat menyelamatkan diri.
Al-fatihah untuk kedua-dua mereka dan tahziah untuk keluarga mangsa. Semoga lebih tabah dan bersabar atas dugaan ini.
Saya ingin berkongsi info yang saya dapat dari Jabatan Pertahanan Awam Malaysia mengenai tanah runtuh untuk panduan dan perhatian kita bersama.
KAWASAN BERISIKO
  • Kawasan yang pernah mengalami tanah runtuh.
  • Cerun atau saliran air.
  • Potongan atau tambakan.
  • Lereng bukit yang sedang dibangunkan.
SEBELUM KEJADIAN
Tanda – Tanda Tanah Runtuh
  • Pancuran atau resapan di kawasan tanah.
  • Kesan bonggolan atau rekahan tanah.
  • Tanah berganjak.
  • Tapak asas atau konkrit retak atau terjongket.
  • Retak atau rekahan pada dinding, tembok atau tiang.
  • Kerosakan paip air, gas atau pembentung bawah tanah.
  • Tiang telefon, elektrik dan pagar menjadi condong.
  • Jajaran barisan pagar berubah.
  • Jalan mendap
  • Pintu atau tingkap sukar ditutup.
Persediaan
  • Dapatkan maklumat tentang kawasan runtuh.
  • Tanam tumbuhan tutup bumi pada cerun.
  • Bina tembok penahan atau buat saliran air
SEMASA KEJADIAN
  • Hubungi segera pihak berkuasa.
  • Beri amaran kepada keluarga dan jiran anda.
  • Berpindah segera apabila keadaan menjadi bahaya atau apabila diarahkan pihak berkuasa.
Di dalam rumah
  • Duduk diam di dalam bangunan.
  • Berlindung di bawah meja, kerusi atau perabot yang kukuh.
Di luar rumah
  • Jauhi laluan dan kawasan tanah runtuh.
  • Lari ke arah tanah tinggi yang jauh dari bahaya.
  • Jika ternampak aliran air, tanah, batu dan tumbuhan segera berlindung di sebalik rimbunan pokok.
  • Jika tiada pilihan segeralah peluk tubuh anda, membongkok seperti bola, lindungi kepala, duduk dan bersedia menghadapi sebarang keadaan.
SELEPAS KEJADIAN
  • Jauhi kawasan runtuhan.
  • Periksa keadaan keluarga dan jiran anda, beri rawatan pertolongan cemas jika ada yang tercedera atau sakit.
  • Beri bantuan kepada jiran dan golongan kurang upaya.
  • Dengar pengumuman radio.
  • Awas banjir boleh berlaku selepas tanah runtuh.
  • Periksa tapak rumah dan tanah dipersekitaran anda.
  • Laporkan sebarang kerosakan kemudahan awam.
  • Dapatkan nasihat pakar untuk membangunkan semula rumah atau bangunan di tapak yang sama.

  • Blog ini adalah catatan sebuah kisah hidup yang mungkin terlalu panjang untuk diucap terlalu dalam untuk dikupas terlalu rumit untuk diingat dan terlalu indah untuk dibiar tanpa erti...

    BIOTATANAH

     
     
     
    MARROS LESTARI Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba (bakteri,fungi, aktinomisetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-masing biota tanah mempunyai fungsi yang khusus. Dalam kaitannya dengan tanaman,mikroba sangat berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman melalui penyediaan hara (mikroba penambat N, pelarut P), membantu penyerapan hara (cendawan mikoriza arbuskula), memacu pertumbuhan tanaman (penghasil hormon), dan pengendali hama-penyakit (penghasil antibiotik, antipatogen). Demikian pula fauna tanah, setiap grup fauna mempunyai fungsi ekologis yang khusus.
    Keanekaragaman biota dalam tanah dapat digunakan sebagai indikator biologis kualitas tanah. Setiap hektar lahan kering umumnya dihuni lebih dari 20 grup fauna tanah, dan aktivitas setiap grup fauna memberikan pengaruh yang khas terhadap lingkungan lahan/tanah. Aktivitas beberapa grup fauna tanah menguntungkan bagi tanaman, tetapi beberapa grup fauna tanah lainnya dapat merugikan tanaman.
    Secara keseluruhan, aktivitas berbagai grup biota tanah menciptakan agroekosistem lahan.
    Grup-grup fauna tanah yang menguntungkan antara lain yang berperan sebagai:
    (1) saprofagus, yaitu fauna pemakan sisa-sisa organik sehingga mempercepat
    proses dekomposisi dan mineralisasi serta meningkatkan populasi mikroba tanah;
    (2) geofagus, yaitu fauna pemakan campuran tanah dan sisa organik, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan porositas, membantu penyebaran hara,memperbaiki proses hidrologi tanah, dan meningkatkan pertukaran udara di dalam tanah; dan
    (3) predator, yaitu fauna pemakan organisme pengganggu sehingga berperan sebagai pengendali populasi hama-penyakit tanaman.

    Biota tanah memegang peranan penting dalam siklus hara di dalam tanah, sehingga dalam jangka panjang sangat mempengaruhi keberlanjutan produktivitas lahan.

    Secara alami, ketersediaan nutrisi cacing tanah dipenuhi oleh hasil aktivitas organisme lain seperti mesofauna tanah. Mesofauna memecah bahan organik kasar menjadi serpihan yang lebih halus, yang selanjutnya berubah menjadi koloid-koloid organik sehingga menyediakan nutrisi bagi cacing tanah. Selanjutnya cacing mendistribusikan nutrisi tersebut (membawanya ke dalam liang cacing) ke areal sekitarnya sehingga merangsang perkembangan mikroorganisme tanah.

    Berbagai aktivitas mikroorganisme tanah, mikroflora dan fauna saling mendukung keberlangsungan proses siklus hara, membentuk biogenic soil structure yang mengatur proses fisik, kimia, dan hayati tanah. Pemanfaatan biota tanah sebagai agens hayati yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam membantu pertumbuhan tanaman merupakan peluang yang sangat besar dalam melestarikan kesuburan dan produktivitas tanah. Oleh karena itu, di samping diperlukan pengetahuan tentang kemampuan dan keunggulan biota tanah dalam menjalankan fungsi ekologis, juga perlu diciptakan teknologi aplikasi biota yang tepat dalam pengelolaan lahan, terutama lahan ke
    ring.

    TANAH GAMBUT

    PENGENALAN
    Tanah terhasil daripada beberapa proses asas iaitu tindakan cuaca pada batuan induk, aktiviti bahan organik dan pergerakan bahan dalam profil tanah. Pembentukan tanah melibatkan kompenen, tekstur yang berbeza, stuktur, kandungan kimia dan warna. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah iaitu iklim, keadaan semulajadi batuan induk, tindakan mikroorganisme, tindakan topografi, masa dan tindakan manusia.
    Rajah I menunujukan profil tanah mengikuti pengelasannya profil tanah di bagian  A,B,C dan O.O menunjukan tanah yg belum matang mana kala A,B mewakili se benar atau horizon C adalah sub tanah  
    zon fragment batuan. Lapisan A adalah lapisan teratas yang memberi kesan kepada air hujan dan pencairan salji dan segala tindak balas kimia. Di lapisan ini juga berlakunya aktiviti bakteria dan tindakan balas kimia menukar bentuk organisma kepada humus. Selain itu, dibawah pemukaannya terdapat akumulasi daun- daun kering yang bercampur dan bahan organik. Tanah gambut berada di lapisan A yang mana terdiri daripada bahan-bahan organik yang mati dan mengalami proses separuh pereputan.

    JENIS-JENIS TANAH


    JENIS – JENIS TANAH






    Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
    1. Tanah Humus
    Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
    2. Tanah Pasir
    Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
    3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
    Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
    4. Tanah Podzolit
    Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
    5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
    Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
    6. Tanah Laterit
    Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
    7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
    Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
    8. Tanah Gambut / Tanah Organosol
    Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.

    Tanah Subur Menghasilkan Beras Organik

    Tanah Subur Menghasilkan Beras Organik

     

     

    Tanah Subur Menghasilkan Beras Organik
    SALAH satu risiko sebuah daerah yang mengandalkan pertanian adalah berkurangnya kesuburan tanah akibat produktivitas pertanian yang terus diupayakan naik. Dengan tekad ingin mengembalikan kesuburan tanah itulah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen mencanangkan program penanaman padi organik.
    Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen Suwarto mengatakan, pencanangan padi organik yang menggunakan pupuk alami merupakan salah satu usaha yang digunakan mengembalikan kesuburan tanah serta meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
    “Kami berharap, penggarapan lahan pertanian dengan pupuk organik juga dapat meningkatkan pendapatan sebagian besar masyarakat Sragen yang lebih dari 60 persen merupakan petani. Kalau kualitas beras tinggi, harganya juga semakin tinggi,” kata Suwarto.
    Sebenarnya, secara sporadis, petani Sragen telah menggunakan pupuk kompos yang dibuat dari kotoran hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun, pupuk organik ini tidak dapat digunakan seratus persen dalam pertanian organik.

    Minggu, 17 Oktober 2010

    TANAH

    Blogg ini membahas tentang bemacam-macam tanah. pengarang dari blogg ini adalah Anis Salamah,Lela Fadillah,Nurul Bayti Sofa
    Pusat Penelitian Tanah (1990) mengemukakan bahwa tanah gambut atau Organosol adalah tanah yang mempunyai lapisan atau horison H, setebal 50 cm atau lebih atau dapat 60 cm atau lebih bila terdiri dari bahan Sphagnum atau lumut, atau jika berat isinya kurang dari 0,1 g cm-3. Ketebalan horison H dapat kurang dari 50 cm bila terletak diatas batuan padu.
    Tanah yang mengandung bahan organik tinggi disebut tanah gambut (Wirjodihardjo, 1953) atau Organosol (Dudal dan Soepratohardjo, 1961) atau Histosol (PPT, 1981).

    B. Proses Pembentukan Gambut
    Gambut dibentuk oleh timbunan bahan sisa tanaman yang berlapis-lapis hingga mencapai ketebalan >30cm. Proses penimbunan bahan sisa tanaman ini merupakan proses geogenik yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama (Hardjowegeno, 1986). Gambut terbentuk dari lingkungan yang khas, yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Kondisi langka udara akibat genangan, ayunan pasang surut, atau keadaan yang selalu basah telah mencegah aktivitas mikro-organisme yang diperlukan dalam perombakan. Laju penimbunan gambut dipengaruhi oleh peduan antara keadaan topografi dan curah hujan dengan curahan perolehan air yang lebih besar dari pada kehilangan air serta didukung oleh sifat tanah dengan kandungan fraksi debu (silt) yang rendah.
    Ketebalan gambut pada setiap bentang lahan adalah sangat tergantung pada: 1). proses penimbunan yaitu jenis tanaman yang tumbuh, kerapatan tanaman dan lama pertumbuhan tanaman sejak terjadinya cekungan tersebut, 2). proses kecepatan perombakan gambut, 3). proses kebakaran gambut, dan 4). Perilaku manusia terhadap lahan gambut.
    Gambut dengan ketebalan 3 m atau lebih termasuk kategori kawasan lindung sebagai kawasan yang tidak boleh diganggu. Kebijakan ini dituangkan melalui Keppres No. 32 tahun 1990 yang merupakan kebijakan umum dalam reklamasi dan pemanfaatan lahan gambut di Indonesia.
    Berdasarkan besarnya potensi sumberdaya, kendala biofisik dan peluang pengembangan, maka rawa khususnya gambut pedalaman perlu mendapatkan perhatian serius. Gambut dikategorikan sebagai lahan marjinal, karena kendala biofisiknya sukar diatasi. Prodiktifitas gambut sangat beragam, ketebalan gambut juga menentukan kesuburannya (Barchia, 2006).

    C. Tingkat Kematangan Gambut
    Menurut Soil Survey Staff (1990), bahwa tingkat kematangan atau tingkat pelapukan tanah gambut dibedakan berdasarkan tingkat dekomposisi dari bahan atau serat tumbuhan asalnya. Tingkat kematangan terdiri dari tiga katagori yaitu fibrik, hemik dan saprik.
    Tingkat kematangan tanah gambut dalam pengamatan di lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil segenggam tanah gambut dan memersnya dengan tangan. Kriteria mentah atau matang dari gambut dapat ditunjukkan dengan melihat hasil cairan dan sisa bahan perasan.
    Ketentuan dalam menentukan kematangan gambut untuk masing-masing katagori adalah sebagai berikut:
    1. Tingkat kematangan fibrik yaitu apabila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah tiga per empat bagian atau lebih (>3/4).
    2. Tingkat kematangan hemik yaitu apabila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah antara kurang dari tiga per empat sampai seperempat bagian atau lebih (<3/4>1/4).
    Artikel Lain : pencemaran lingkungan
    3. Tingkat kematangan saprik yaitu apabila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah kurang dari seperempat bagian (<1/4).>3m) sekitar 5%, gambut dalam dan tengahan (tebal 1m – 3m) sekitar 11% -12%, dan gambut dangkal sekitar 15% (Noor, 2001). Kadar abu dan kadar bahan organik mempunyai hubungan dengan tingkat kematangan gambut. Gambut mentah (fibrik) mempunyai kadar abu 3,09% dengan kadar bahan organik 45,9%. Sedangkan gambut hemik mempunyai kadar abu 8,04% dengan kadar bahan organik 51,7% dan gambut matang (saprik) mempunyai kadar abu 12,04% dengan kadar bahan organik 78,3% (Setiawan, 1991).